Minggu, 17 Januari 2016

Konstruksi Rumah Tangga

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.(QS. 33 : 21)

Kita semua tahu, bahwa Rasulullah adalah role model terbaik seorang manusia yang Allah ciptakan di muka bumi ini, sebagai tauladan dan cahaya untuk menuntun mata yang gelap dan dipenuhi belukar dalam menjalani kehidupan sebagai fase kehidupan akhirat selanjutnya.

Akan tetapi kebanyakan kita, telah salah kaprah dalam mengambil role model ini, kita lebih suka dengan yang terkesan modern, kita lebih segan kepada manusia-manusia yang menciptakan teori baru dengan dasar ilmiah yang terkesan dikuatkan namun sebenarnya rapuh. Kita terlalu latah ingin dianggap maju hingga kita (kaum muslimin) lupa bahwa kita tetap bisa menjadikan Rasulullah sebagai “pijaran” yang tetap relevan dan tak habis dimakan oleh zaman segala apa yang Ia bawa.

Termasuk dalam kehilangan identitas pendidikan karakter anak, dalam hal ini parenting yang dilakukan oleh orang tua pada anak nya, pendidikan karakter yang tak jelas pijakannya, akan menghasilkan pemahaman yang absurd pula pada anak. Bahkan anak bisa tak memiliki identitas yang jelas tentang dirinya sendiri. Para orang tua yang “gagal” dalam pendidikan anak akan melahirkan satu keluarga yang broken home turun temurun, masing-masing anak merasa kehilangan role model dalam tiap kehidupannya, pijakan nya menjadi rapuh dalam kehidupan, bahkan akan terus mengalami ketegangan psikologis yang berkelanjutan, kehilangan arah dan urakan. Jika ini sudah terjadi membangkitkan bangunan keluarga yang sakinah pada akhirnya akan sangat memberatkan dan butuh waktu menahun, karena yang harus disembuhkan dan di rekosntruksi ulang bukan hanya pemikiran dan pemahaman, melainkan sisi psikologis yang harus kembali sehat.

Tidak dipungkiri para orang tua kita telah banyak melupakan atau bahkan tidak tahu, bagaimana proses pendidikan karakter Islam itu menjadi hal yang sangat urgent, kita kalah dengan gerusan arus globalisasi atas nama modernisme, bahkan orangtua kita memiliki banyak alasan mengapa pendidikan dalam keluarga menjadi rapuh diantaranya adalah karena, tiadanya pemahaman yang benar tentang pendidikan keluarga, ketidaksiapan menjadi orang tua, olehnya hal-hal yang menjadi tanggung jawab orang tua menjadi terabaikan dan tereduksi hanya karena kesadaran yang tidak dirasakan oleh orang tua kita.

Dasar pemahaman yang benar tentang parenting oleh orang tua sangat dibutuhkan, diantara salah satunya mengajarkan adab pada anak, dengan Rasulullah sebagai role modelnya. Keterlibatan ayah dalam proses pendidikan keluarga. Iya seorang ibu memang menjadi ummu warabtul bait, yaitu madrasah bagi si buah hati namun jangan dilalaikan peran ayah menjadi kepala sekolahnya.. yang mengambil keputusan dan mengarahkan kemana nahkoda keluarga akan dilabuhkan..

Setiap orang yang akan membangun peradaban dalam artian berkeluarga, harus memiliki visi misi yang jelas, konsep keluarga seperti apa yang akan dibangun? Bangunan dan model keluarga seperti apa yang diinginkan? Sehingga cita-cita sebuah keluarga itu menjadi jelas, terarah dan tidak mudah goyah ketika dipertengahan jalan ada guncangan, karena akan mengingat kembali komitmen sejak awal berumah tangga, tidak lain karena sebagai jalan Ibadah memperoleh surga dan pengharapan ridho Allah sepenuhnya. Pun akhirnya akan berimplikasi menjadi keluarga yang sehat dan harmonis, termasuk dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sebagai amanah.

Olehnya dalam membangun konsep keluarga yang akan dibangun maka masing-masing orang tua harus amat memahami, sang ayah sebagai arsitek nya, seorang Ibu adalah insyinyur sipilnya sedangkan guru dan sekolah merupakan kontraktor, dan lingkungan sebagai tukang bangunan nya, semua lini ini harus bekerja sama, teratur  dan terstruktur, saling memahami dimana job desk nya. Tidak boleh saling bertukar peran, karena akan kacau dan bisa saja bangunan nya runtuh bahkan tidak jadi sama sekali.


Wallaha’lam bishawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar