Jumat, 18 Januari 2013

“Mahasiswa Apatis Tak Ubahnya Seperti Benalu untuk Masa Depan Bangsa”


  Sudah tak asing lagi di telinga kita berbagai jenis macam mahasiswa dalam kampus, julukan dan gelar yang sering kita dengar, seperti mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang), kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat), kunang-kunang (kuliah-pulang, kuliah-pulang), dan julukan indah lainnya, yang katanya membanggakan untuk diri, tapi entahlah, kenapa saya berpandangan lain terkait hal ini, memang tidak terlepas dari karena saya sendiri adalah seorang mahasiswa, saya merasa beruntung bisa menikmati indah nya mencari ilmu, bergumul dengan berbagai pemikiran dan wawasan baru, berkelana dengan banyak pengalaman, memperbanyak relasi dalam hubungan sosial, setidaknya itu membuat eksistensi saya meningkat dalam kerangka sosial, bukankah sudah menjadi bagian naluri dari manusia untuk diakui?, jadi sebagai mahasiswa mengapa tak dioptimalkan apa yang kita miliki selama di perguruan tinggi?. Aktualisasi diri, pencerdasan diri, saya bisa lakukan disini, dengan menjelajahi dunia keintelektualan.

          Oke, berlanjut mengenai bahasan utama, bukan bertujuan untuk merasa berkepala besar, atau merasa diri ini layak dan jauh lebih dari baik. Hanya saja ada rasa “galau”, yang membuncah dalam hati saya, ketika saya menilik kedalam dunia yang saya tunggangi saat ini, kehidupan yang bebas, pemikiran yang bebas, cara pandang hidup bebas, pola pikir bebas, ekspresikan diri secara bebas, dan semua yang bebas tapi bertanggung jawab sesuai dengan pancasila, yah.. itulah kira-kira gambaran kehidupan sosial yang saya berada didalam nya, entahlah saya terjebak atau bagaimana dalam kondisi ini, yang pasti saya rasa tak nyaman, tapi saya coba memposisikan diri dalam sikap yang tepat, sehingga saya tak terganggu dan berusaha safety.

          Menjadi hal biasa sebagai mahasiswa untuk melakukan eksperimen, pengkajian, analisis, mengahasilkan suatu pemikiran baru, membawa perubahan baru, menyelesaikan masalah, dan pembuat peradaban emas memimpin dunia. Ya tepat sekali inilah yang biasanya dilakukan oleh seorang mahasiswa, pendobrak perubahan dari kondisi yang buruk kedalam kondisi yang baik, inilah tindakan pemuda yang seharusnya, pemuda atau mahasiswa yaitu kita, generasi ideologis yang tercipta untuk kehidupan berjaya. Namun sayang sekali ini tak saya rasa kan, saya lihat, apalagi untuk saya bergabung didalam nya, pada kondisi saat ini saya berada. Mahasiswa yang saya sebutkan diatas hanya sedemikian kecil dari banyak nya populasi yang berada pada lingkungan yang saya tinggal didalamnya, terutama kampus, sekitar rumah, atau pada umumnya saya hidup bermasyarakat dengan yang lain, sungguh ini ironis dan membuat pertanyaan besar di benak saya, apa sebenarnya yang terjadi?, baikalah apa yang sebenarnya terjadi (saya ulang biar makin terasa jelas), ironis dengan kondisi masyarakat kita sekarang yang terasa bergemuruh masalah dari arah timur, barat, selatan, tenggara, dan dari berbagai wilayah segala lini kita sedang mengalami krisis identitas diri, bahkan sampai pada tahap ke sistemik yang menimbulkan masalah kompleks, permasalahan ini begitu besar, bagaikan gelindingan bola salju dari atas gunung yang mengahncurkan apa saja yang dilewatinya dan meluluhlantahkannya.

          Dimana persoalan nya?, adakah solusi mendasar untuk menyelesaikan berbagai bentuk persoalan di negara kita ini?, kemanakah pemuda yang bertanggung jawab itu? Kemanakah sekarang arah gelombang pergerakannya? Adakah ia tertidur? Ataukan ia sedang menenangkan diri dalam kondisi yang tak tepat, karena sebenarnya pedang siap menghunus tepat ke jantung nya??

          Mengapa mahasiswa terlalu apatis terhadap kondisi sosial mereka?, tidak adakah kepedulian selain untuk diri sendiri dan keluarga?, hanya itukah yang ada di benak mereka? Lantas bagaimana bentuk tanggung jawab sebagai mahasiswa yang sebenarnya, peran penting nya adalah agen perubahan? Inilah berbagai pertanyaan yang menggeluti pemikiran saya selama ini, jujur terlepas dari saya seorang aktivis kampus, saya rasa pertanyaan seperti inilah yang sering ditanyakan oleh bagian dari masyarakat kita, orang tua yang selaku memberi harapan, sekelompok orang kecil yang hidupnya pas-pasan, yang mempercayakan perubahan ada ditangan seorang pemuda, dan pasti masih banyak diluar sana yang tanyakan dimana peran mahasiswa saat ini.

          Ketidakpedulian yang sedang menggelayuti, para pemuda dan saat ini adalah masalah, kenapa menjadi masalah? Karena bersikap apatis terhadap kondisi lingkungan sosial maka tak ubah nya ia hanya sebuah benalu untuk masa depan bangsa, bagaimana tidak. Seorang yang apatis adalah mereka yang sibuk dengan masalah pribadi, keluarga, kelompok, geng mereka sendiri dan sejenisnya. Apalagi banyak sekali mahasiswa saat ini yang disibukan dengan masalah individual, terutama masalah asmara, galau, menangis, semoga tidak sampai pada tahap menjadi pengemis. Sebagian besar Mahasiswa sibuk dengan urusan kuliah, sibuk pekerjaan tugas kuliah, yang ujung nya adalah menimbulkan kurang nya kepekaan sosial terhadap diri merka sendiri, karena hanya fokus pada ranah pribadi.

          Lantas masalah ini yang sebenarnya terjadi, inilah yang saya lihat dalam ligkungan saya. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa, telah tereduksi menjadi perubahan untuk diri sendiri saja. Bagaimana untuk mengatasi konflik sosial dan permasalahan sosial, mereka akan buntu solusi. Karena mereka tanpa sadar pun menjadi bagian dari masalah nya.

          Memahami masalah yang sebenarnya terjadi pada lingkungan sosial, sebenarnya adalah tugas dari pemuda dan mahasiswa, seandainya setiap mahasiswa kampus memahami urgensitas perubahan maka akan mengupayakan perubahan itu dengan peran nya dikampus, terutama dalam ranah intelektual. Seperti mengkaji ilmu lebih dalam lagi, membongkar pemikiran yang salah, bukan hanya disibukan dengan pendapatan IPK menjulang setinggi langit, dan lulus dengan hasil cume laude, setelah itu mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi, karir sukses, berkeluarga harmonis dan seterusnya. Apakah sebenarnya akan semudah itu? Tentu sangat tidak ketika kita berada pada dunia yang sesungguhnya kita jalani saat ini.

          Bagaimana membangun kerangka berfikir yang cerdas untuk menjalani hidup adalah dengan melihat fakta yang terjadi didalam masyarakat, tugas kita lah untuk menganalisis dan menyelesaikan nya. Bukan hanya menjadi penonton atau penikmatnya, lantas bagaimana kondisi yang bersebrangan dengan kita? Seperti yang tak berpendidikan, berekonomi rendah, sulit untuk menghidupi kehidupannya, apakah itu bukan masalah untuk kita? Jelas masalah juga untuk kita, karena kita hidup satu ruangan dengan mereka. Tugas kita membuat mereka setara dan sejahtera seperti kita.

          Lantas dengan apa caranya, tentu dengan mengambil peran sebagai agen perubahan. Kitalah generasi yang akan menjadi pemimpin dimasa depan. Kita yang akan membuat sistem yang mampu mensejahterakan kemajuan ummat. Untuk sampai pada tahap kesana, tentu bukan dicapai oleh mahasiswa yang apatis bahkan sama sekali tak pernah menengok dalam dunia sosial mereka karena hanya digalaukan masalah pribadi.

          Jujur saja, saya menjadi semakin galau ketika mahasiswa jenis apatis ini merajalela disekitar kehidupan saya, karena akan menghambat sebuah revolusi besar yang terjadi untuk kemajuan bangsa, untuk itu. Dari keingingan terdalam saya ingin mengajak, berbaur, bergabung, dengan semua mahasiswa untuk satu pemikiran, satu tujuan, satu genggaman, untuk perubahan bangsa lebih baik, bangsa yang bermartabat dengan ilmu, bermartabat dengan dunia intelektual, membangun cakrawala dunia agar melihat kita adalah segolongan pemuda yang telah bangkit dari rasa apatisme yang makin hari makin menjalar ke pemuda saat ini.

          Karena perubahan besar ada ditangan kita saat ini, maka tak pantas lah kita menjadi apatis layaknya benalu pada sebuah pohon yang sedang mengalami perkembangan pesat, banyak harapan yang di amanahkan untuk para pemuda dan mahasiswa, semoga tak adalagi istilah kupu-kupu, kura-kura, dan sejenisnya.

          Perubahan siap dimulai dari hari ini, pergolakan pemikiran dalam area kampus intelektual harus digelorakan dengan semangat revolusi, bukan lagi reformasi yang sesaat akan timbul masalah kembali. Semoga saya, anda, dan kita semua menjadi agen perubahan itu, dengan memaksimalkan potensi diri dalam dunia keilmuan dan intelektual.


Ketika Kaum Perempuan menjadi korban feminisme


“Jangan salahkan kami donk yang berpakaian seksi, tapi salahkan para lelaki yang tidak bisa menjaga syahwatnya, itu tandanya mereka lelaki yang tak bermoral dan tak beretika. Memakai rok mini adalah bagian dari hak kami, hak asasi manusia, karena negara ini adalah negara bebas.. bukan negara agama” yaah kalimat seperti inilah yang sering dilontarkan oleh para menggeger feminisme, yang mengaku mereka ingin bebas dari jeratan dan penindasan laki-laki, mereka ingin setara dengan laki-laki dalam segala hal, baik ranah privat ataupun publik, yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah hanya sebatas perbedaan biologis, antara mengandung, hamil, dan menyusui. Selebihnya wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki.

            “Salah perempuannya juga, kenapa harus berpakaian seksi dan menggoda, ini mata kami, dan ini juga hak asasi kami untuk melihat keindahannya, dan wajar jika kami menggodanya karena para perempuan pun memamerkannya ..” inilah balasan kebanyakan para laki-laki yang tak mau disalahkan pula. Jadi siapa salah dan yang tersalah??



            Sungguh ironis ketika arus feminisme dan kesetaraan gender kiat merebak kepelosok negeri ini yang mayoritas penduduknya adalah muslim, tentu perempuan nya seharusnya berkepribadian dan memiliki pola pikir islami, namun sungguh sayang ketika arus modernisme, globalisme, perkembangan zaman yang kian melaju kebudayaan barat yang saat ini menjadi dominan menjadi acuan pola pikir masyarakat kita saat ini, ingin rasanya mengelus dada ketika melihat realitas yang sesungguhnya. 
Sungguh masyarakat kita menyerap budaya asing tanpa filter, ibarat makanan yang masuk kedalam mulut tanpa dilihat jenisnya, tanpa dikunyah, tapi langsung ditelan, bukannya menyehatkan tetapi malah membuat sakit karena yang dimakan ternyata mengandung racun, masha Allah.

            Sesungguhnya didalam Islam, wanita memiliki kedududukan tersendiri, demikian hal nya laki-laki. Masing-masing dari keduanya telah ada fitrah dan sunatullah yang tak bisa dipungkiri dan memang itulah ketetapannya dari sang khalik yaitu Allah yang Esa. Bagaimana mungkin manusia yang serab lemah mencoba untuk merubah hakikat dirinya, tentu sangat mustahil dan tidak akan pernah bisa.
            Naluri jinsi, keinginan seksual untuk melestarikan keturunan inilah yang ada pada setiap manusia, wajar manusia memiliki nafsu syahwat karena memang ini bagian dari naluri yang Allah ciptakan, hanya saja Islam mengatur bagaimana hal ini harus tersalurkan, Islam tidak mengentikan naluri ini tapi Islam mengarahkan pada sasaran yang tepat dan benar, yaitu hanya kepada yang telah halal yaitu istri/suami mereka.

            Ketika ada kasus pelecehan seksual yang saat ini berkembang pesat bahkan kita dengar dimana-mana, hampir disetiap belahan dunia terjadi pelecehan seksual terhadap kaum perempuan, akan sangat wajar hal ini terjadi karena tak ada kontrol dari negara yang menangani secara tepat, ditambah dengan terbukanya peluang oleh kaum wanita sendiri yang ingin bebas berekspresi, jangan sepenuhnya salahkan laki-laki, karena wanita yang menggugah syahwat laki-laki terlebih dahulu, tentu mudah sekali untuk laki-laki yang lemah iman nya, tidak mungkin ini dihentikan dengan salah satu pihak laki-laki saja dengan menahan syahwatnya sekuat mungkin sedangkan setiap hari mereka disuguhkan dengan pemandangan indah tubuh-tubuh kaum perempuan yang sengaja memamerkan auratnya, mereka bangga karena ingin dipandang indah, sungguh ironis tak ingin dilecehkan namun memberi peluang untuk direndahkan. Naudzubillah.

            Ketika penggagas kesetaraan gender makin menggila dengan idenya, inilah saat nya para kaum perempuan menyadari, bahwa mereka sedag dieksploitasi secara pelan-pelan namun membinasakan, para perempuan yang berakidah Islam tentu harus memahami bagaimana islam memuliakannya, menjaganya dengan hijab. Ketika seorang muslimah faham dengan agamanya tentu ini akan menjadi jaminan awal ia akan dimuliakan oleh islam. Tinggalkanlah pemikiran barat yang menghasilkan peradaban sampah. Peradaban yang tak memiliki kemuliaan sama sekali. Peradaban yang tak mampu memanusiakan manusia.

            Sungguh, engkau wanita muslimah engkau adalah permata bagi ummat di dalam agamamu ketika engkau menggenggam erat aqidah mu, membuang jauh-jauh segala bentuk pemikiran yang berasal dari selain Islam, islam memuliakan mu dengan hijab. Islam memuliakan mu dengan aturannya yang shohih dan diridhoi. Bukan aturan feminisme sampah yang pantas untuk dibuang keluar bumi.

            Islam memiliki solusi tersendiri untuk mengatasi pelecehan seksual dan tindakan keji lainnya yang menghinakan, untuk wanita ia kenakan hijab serta menundukan pandangan. Demikian pula untuk laki-laki, Allah perintahkan untuk masing-masing menjaga kehormatan dan kesucia diri nya. Sehingga tak bisa saling menyalahkan satu sama lain karena setiap laki-laki dan perempuan memiliki fitrah dan hakikatnya tersendiri. Dan Allah maha tahu apa yang Ia ciptakan, dan Ia anugerahkan aturan yang mulia dan benar..

            Sungguh apa yang telah ditetapkan oleh Allah adalah sebenar-benarnya ketapan dan bukan suatu yang menjerumuskan.

wallahua'lam ..