Rabu, 07 Januari 2015

Islamic worldview : Pondasi awal berfikir seorang muslim

             Didalam didunia ini, tentulah bangkitnya suatu peradaban karena memiliki cara pandang atau keyakinan dasar terhadap sesuatu yang ia adalah sebuah ciri yang khas, yang ketika berbagai keyakinan atau cara pandang itu menjadi suatu pandangan hidup (worldview) untuk memahami setiap lini kehidupan, dan menjadikannya ia asas dalam proses berfikir, berpola, ataupun berperilaku baik dalam kehidupan secara individu, bermasyarakat, sampai pada ranah politik dan bernegara, termasuk juga pada tatanan keilmuan menyangkut objek-objek permasalahan yang dibahas.

            Sebuah pandangan hidup (worldview) dimiliki oleh setiap manusia, yang dengan  nya akan terbentuk sebuah karakter dalam dirinya. Seperti hal nya seorang manusia yang memiliki cara pandang hidup Islam (Islamic worldview) pastilah, segala gerak geriknya akan menyesuaikan dengan pola pikir Islam. Akan terbaca pada setiap apa yang ia lisankan, dan apa yang ia perbuat. Berbeda dengan seseorang yang memiliki cara pandang selain Islam, cara pandang barat misalnya (westerend worldview) ia akan bertingkah dan berperilaku seperti pada umumnya masyarakat barat. Bisa kita ambil contoh misalnya seorang muslimah yang memiliki Islamic worldview dalam memandang perempuan, akan sangat jauh berbeda dengan seorang perempuan non muslimah yang memiliki cara pandang sekuler, seorang muslimah akan memandang dirinya itu mulia, akan memandang dirinya ketika menutup aurat menjadi perempuan terhormat, karena ia adalah salah satu bentuk dalam ketaatan pada Allah, Tuhan yang menciptakan nya. berbeda dengan perempuan non muslimah tadi, ia akan memandang seorang perempuan yang menutup aurat atau mengenakan jilbab adalah sebuah diskriminasi, sebuah doktrin, dan pengekat kebebasan setiap manusia, terlebih lagi ketika perempuan ini berfikir sesuai pemikiran kesetaraan gender, maka semakin buruklah citra perempuan ketika seorang perempuan berada dalam ranah domestik, yang pekerjaanya mengurus rumah tangga.

            Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam memiliki worldview (pandangan alam/pandangan hidup) yang berbeda dengan pandangan hidup agama/ peradaban lainnya. Al-Attas menjelaskan sejumlah karakteristik pandangan hidup Islam, antara lain: berdasarkan kepada wahyu, tidak semata-mata merupakan pikiran manusia mengenai alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik, dan budaya.  tidak bersumber dari spekulasi filosofis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan dan pengalaman inderawi serta ia mencakup pandangan tentang dunia dan akhirat.

            Jadi, menurut al-Attas, pandangan hidup Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth), atau pandangan Islam mengenai eksistensi (ru’yat al-Islam lil wujud). Al-Attas menegaskan, bahwa pandangan hidup Islam bersifat final dan telah dewasa sejak lahir. Islam tidak memerlukan proses ’pertumbuhan’ menuju kedewasaan mengikuti proses perkembangan sejarah. Jadi, karakteristik pandangan hidup Islam adalah sifatnya yang final dan otentik sejak awal. Ini sangat berbeda dengan sifat agama-agama lainnya maupun kebudayaan atau peradaban umat manusia yang berkembang mengikuti dinamika sejarah.

            Oleh karenanya, seseorang yang memiliki Islamic worldview, akan selalu merasa bahwa apa yang dibawa Islam adalah yang benar, sebuah cara untuk menuju Allah yang Allah ridhai. Pandangan hidup Islam terbentuk dari serangkaian pemahaman tentang konsep-konsep pokok dalam Islam, seperti konsep Tuhan, konsep kenabian, konsep agama, konsep wahyu, konsep manusia, konsep alam, dan konsep ilmu. Seluruh elemen itu terkait satu dengan lainnya, dan konsep Tuhan menjadi landasan bagi konsep-konsep lainnya. (Dr. Adian dalam makalah Islamic Worldview).

            Jelas bagi kita, setiap insan pasti memiliki cara pandang tersendiri mengenai, alam dan kehidupan, hanya saja. Benar atau tidak nya cara pandang itu adalah yang sesuai dengan Islam. Karena memang Islam lah satu-satu nya agama yang benar, yang memiliki semua konsep dalam setiap sekelumit permasalahan manusia yang mampu menyelesaikan nya dari akar hingga tuntas. Maka selayaknya untuk kita seorang muslim, wajib berbangga terhadap Islam dan semua tatanan konsep yang ada didalamnya, menjadikannya sebuah ideologi berfikir kita dan identitas yang hakiki bagi seorang muslim.


Wallahua’lam bissowab...

Minggu, 04 Januari 2015

Just Think

Secara tidak sengaja saat membuka folder-folder di laptop aku menemukan banyak tulisan, tulisan yang tak pernah aku publish, karena ia menjadi bagian dari rahasia hati (wa elah), tidak perlu diungkap apa tulisannya, karena yang membaca mungkin tak perlu tahu, bukan tak perlu malah tak mau tahu :D

Saat kehidupan terus mengalir, bukan mengalir apa adanya ya, tapi ada apanya.. (apasih) pastilah kita pernah mengalami fase dimana kita bertingkah labil, emosional, yahh tepat sekali mungkin itu dirasa ketika remaja.. tapi sekarang aku bukan remaja lagi, aku sudah beranjak dewasa tapi entahlah aku tetap merasa bahwa aku masih anak kemarin sore!

Manjaku, kelabilanku, kekanakanku, masih serasa melekat sampai saat ini, bahkan aku tak tahu bagaimana cara menjadi dewasa.. hahaha entahlah aku tak mau memikirkan itu, eittss tapi harus aku fikirkan! Yaa baikalah akan kupikirkan sejauhmana sampai saat ini aku mendewasakan diri.. dan aku memberi pengaruh dan teladan seperti apa untuk adik-adik ku... (adik kelas maksudnya, kan aku anak bungsu weekkk)...

Okey kembali kecerita, emang lagi cerita apasih kita? Hah kita? Ohh iyaa gue aja kalii eluu kagak.. :P

Proses pendewasaan diri memang kadang tak harus dilihat dari berapa banyak bilangan usia, tapi bagaimana individu itu mampu berfikir, bersikap, dan berperilaku, secara bijaksana dalam setiap moment, tidak hanya sekedar saat menghadapi masalah, melainkan dalam pergaulan dan kehidupan sosial dengan yang lain.. (Cieee sok berteori)

Harus aku akui, bahwa aku bukan anak remaja lagi, yang setiap tulisan harus bernada galau.. masalah yang mengelilingiku hanya bersekat pada asmara saja (hueekkks ampun dah) tapii sekarang aku mengahadapi hal yang lebih dari itu, lebih dari sekedar rumit, lebih dari sekedar benang kusut, lebih besar dari badan gajah yang ada diragunan dan taman safari, lebih tinggi dari leher jerapah dan lebih panjang dari meteran...

Aku menjadi bagian dari orang dewasa yang memiliki banyak kompleksitas keruwetan masalah yang sulit terorganisir dan menghantam banyak benalu yang ada didepan mata (ini aku ngomong apa sih kayaknya kena vickynisasi syndrome nii jangan-jangan -____-) yaah intinya begitu, saat aku harus bisa mngatur diriku sendiri, saat aku harus banyak belajar, membaca, merenungi setiap persoalan ku dengan bijaksana, saat aku harus mampu menjadi pribadi yang bisa menyelesaikan masalah ...

Namun masalah ku saat ini bukan sekedar bergelut pada masalah pribadi, keluarga, aku harus mampu berfikir bahwa masalahku begitu meluas ini tentang masyarakat, ini tentang ummat, ini tentang kemajuan arah suatu peradaban.. (naah kan masalahnya gede banget)..

Berhentilah untuk menjadi manusia paling apatis sedunia, tidak peduli bahkan rasa empati sudah terkikis habis oleh sifat individualisme yang mengakar, berhentilah menjadi manusia paling angkuh dan berotak kapitalis yang semua keuntungan hanya bermuara kepada diri sendiri dan pihak pribadi, berhentilah menjadi manusia pemangsa yang rakus dan krisis akan kemanusiaan sehingga sesama manusia tidak saling memanusiakan manusia, apakah saat ini mata kita tertutup oleh keegoisan diri? Egosentrisme yang berujung pada ketidakpedulian sosial?

Maka problematika dan kerusakan yang ada dalam tatanan masyarakat saat ini menjadi pekerjaan kita semua, pembenahan terhadap kerusakan yang ada dalam kerangka sosial kita saat ini adalah masalah kita bersama, rusaknya sistem tatanan kehidupan, degradasi moral, kehilangan adab, rusaknya ilmu, hingga salahnya pengaturan sistem dalam ketatanegaraan adalah pekerjaan kita bersama..

Andai engkau yang mengaku dewasa, andai engkau yang mengaku manusia pemikir, andai engkau manusia yang ingin melakukan perbaikan.. ini PR kita saat ini...
Dan aku? Aku siapa aku? Aku kah bagian dari itu? Iya seharusnya..!



Minggu, 04 desember 2014 .. sudut kamarku ketika hujan menjadikan aku ingin menulis, menulis suatu hal yang mungkin orang tak pernah akan membacanya, tapi buatku ini cara aku mendewasakan diri.. dengan perenungan dan intropeksi.. 

Jumat, 02 Januari 2015

Kecerdasan Buatan (ARTIFICIAL INTELLIGENCE)

Definisi Kecerdasan Buatan

H. A. Simon [1987] : “ Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang -dalam pandangan manusia adalah- cerdas”

Rich and Knight [1991]:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.”

Encyclopedia Britannica:
“Kecerdasan Buatan (AI) merupakan cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan”

Tujuan dari kecerdasan buatan menurut Winston dan Prendergast [1984]

1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utama)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial)