Jumat, 10 Mei 2013

Stres Positif Dan Stres Negatif (Tugas soft skill mata kuliah Kesehatan Mental)


Pengertian stress

            Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang.  Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang  menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. 


Menurut Lazarus & Folkman  (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik  dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial  membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk  mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun  psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang  digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau  kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada  organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya.  (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997)

Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
a.  Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
b. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
c.       Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
            Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

Faktor-faktor yang menimbulkan stress
1. Kepribadian
a.       Intovert dan Ektrovert
      Ciri-ciri kepribadian ekstrovert dan introvert secara umum adalah ambivalen (bertentangan). Pada tahun 1962 Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi Jung dan bersama ibunya Katharyn Briggs membuat alat tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang bertujuan untuk membuat sebuah psikotes, yang dapat menggolongkan manusia sesuai dengan teori Jung, sekaligus merumuskan teori Jung untuk penggunaan praktis (dalam Ambarita, 2004).
      Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 1993) dapat diuraikan ciri-ciri tipe kepribadian Jung tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Ciri Kepribadaian Ekstrovert :
·         Senang berbicara
·         Mudah menjalin hubungan dengan orang lain
·         Mudah mengekspresikan perasaan
·         Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain
·         Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain
·         Aktif dan enerjik
·         Lebih banyak berbicara daripada mendengar
·         Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal
·         Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja
Ciri Kepribadian Introvert :
·         Senang berdiam diri
·         Lebih senang berpikir
·         Suka menarik diri
·         Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu
·         Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu
·         Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati
·         Menyatakan diri secara perlahan-lahan
·         Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri
·         Sering menahan emosi
b.      Fleksibel
Tipe orang yang feksibel adalah mereka yang selalu tepat mengkondisikan diri, dimana mereka ada, mudah menyesuaikan diri, luwes, dan tidak kaku. Mudah bergaul dengan lingkungan tetapi tetap memiliki idealisme.
c.       over activity/agresif
pribadi yang over activity adalah mereka yang terlalu agresif dalam menuangkan segala suasana hati, bahkan sampai berlebihan dalam menghadapi kondisi lingkup sosial.

     2. Kecakapan
            Pribadi yang sehat tentu memiliki kecakapan dalam menyesuaikan diri, tidak hanya sekedar itu ia memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan sehat, berkualitas, dan tidak kaku dalam segala kondisi. Penyesuaian diri yang baik serta mampu beradaptasi dengan lingungan secara cepat.

3. Nilai dan kebutuhan:
a.       Sosialisasi ; bagaimana manusia atau pribadi bersosialisasi dan beriteraksi dengan masalah sebagai sesuatu kebutuhan sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, dalam menyelesaikan masalah, gotong royong dan sebagainya.
b.      Adaptasi : manusia tentu harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan atau agar ia bisa diterima dalam lingkungan kemasyarakatan.
c.       internalisasi

4. Reaksi stress : flight or fight
            Reaksi terhadap stress seringkali diungkapkan dengan berbagai bentuk perilaku, atau bagaimana manusia tersebut menyikapi stress, tentulah sebagai pribadi yang sehat, akan menyikapinya dengan menghadapi dan berusaha menyelesaikannya, bukan sebagai looser, yang ia menghindar dan menjauhinya yang justru dimasa yang akan datang bisa muncul kembali masalah yang sama.

5. Teknik penenangan pikiran ;
a.       meditasi,
b.      autogenik,
c.       neuromuskular

Penyebab Stres atau Stressor
            Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan  terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari  kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja,  dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice, 2002). Menurut Lazarus &  Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik (seperti polusi  udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial (seperti interaksi  sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu  ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.

Menurut Lazarus & Cohen (1977), tiga tipe kejadian yang dapat menyebabkan  stres yaitu:
a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari  seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.
b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau  kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti  kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan  masalah pribadi lainnya.
           
            Ditambahkan Freese Gibson (dalam Rachmaningrum, 1999) umur adalah salah  satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur  seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh  faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan  seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar.
            Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang  memiliki pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih rentan terhadap tekanantekanan dalam pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman (Koch &  Dipboye, dalam Rachmaningrum,1999). Selanjutnya masih ada beberapa faktor  lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres, yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu  (Dipboye, Gibsin, Riggio dalam Rachmaningrum, 1999)

Pengalaman Penulis terkait stress negatif:
            Banyak hal dalam kehidupan ini yang berliku dan menimbulkan kecemasan dalam tapaki hari, yah tapi itulah sebagai siklus kehidupan kita.. memiliki banyak masalah dan ancaman, adalah sesuatu yang wajar, ketika salah mengambil keputusan, salah mempersepsi fakta dan tak pandai memecahkan masalah, sehingga hal itu merumitkan dan kita merasa berputus asa, jujur saya pun sering mengalami hal demikian, pernah ketika saya mengalami masalah ketika menjelang ujian akhir sekolah, kepanikan yang luar biasa menghinggapi diri hingga tak nafsu makan, sebenarnya ketika ditelisik terkait kesiapan diri menghadapi ujian, saya sudah siap belajar pun, sudah optimal dan sesanggupnya .. namun karena didepan mata saya, memiliki serasa memiliki ancaman, ketakutan, kecemasan akan ketidaklulusan dalam menghadapi ujian akhir sekolah, hingga mengakibatkan saya sakit keras tiga hari menjelang ujian akhir, efek strees yang berlebihan, dan menjadi beban psikis.. yang pada akhirnya ketika ujian tiba, mengganggu konstrasi saya dalam mengerjakan soal ujian, meskipun pada akhir pengumuman lulus ujian, saya dapatkan nilai optimal dan saya mendapat peringat dua, nilai terbaik satu angkatab, pada saat itu, alhamdulillah J

Pengalaman penulis terkait stress positif
            Dalam menjalankan aktivitas sehari-haripun, sering kita jumpai masalah kecil ataupun besar, namun semua tergantung dari bagaimana kita menyikapinya bukan? Pengalamn saya terkait stress yang menghasilkan perilaku positif adalah ketika saya sudah kuliah, jujur saja, ketika awal-awal semster saya stress berat, tidak hanya masalah mata kuliah, tapi lingkungan sosial dimana saya berinteraksi, tahun pertama saya memasuki dunia kuliah, saya takut tak miliki teman, tak banyak yang membatu saya dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas, dan berbagai macam pikiran negatif lainnya. Hingga pada akhirnya saya sering merenung dan saya berfikir saya harus bangkit dan tidak banyak berfikir negatif, saya yang awalnya gadis pendiam, tiba –tiba jadi banyak omong dan cerewat ^_^, memupuk diri dengan rasa berani dan percaya diri, bahwa saya akan diterima dalam lingkungan sosial saya, serta saya percaya diri secara akademik pun saya pintar (sangat percaya diri nii kayaknya hehhehee) tapi, inilah proses akibat saya stress dengan takut dan cemas, saya memberanikan diri untuk menjaddi pribadi yang diterima oleh kawan-kawan saya, dan akhirnya saya tak canggung lagi dan saya miliki banyak teman, alhamdulillah ^_^


sumber penulisan teori :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar