Rabu, 03 April 2013

"Konsep Kesehatan Dari Berbagai Dimensi Serta Hubungan nya Dengan Teori Perkembangan Kepribadian"





Konsep Sehat
            Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.

            Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.

            Pengertian diatas memberikan gambaran secara umum mengenai konsep sehat, Dalam pembahasan ini sedikit kita bahas mengenai aspek sehat dari berbagai dimensi diantaranya konsep sehat dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual.

Dimensi Emosi         
            Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman, 2002.  emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak
            Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

            Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
            Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
            Daniel Goleman,  mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a.  Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal

            Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia
            Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Dimensi Intelektual
            Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.

Dimensi Sosial :
            Dalam dimensi ini, seseorang lebih terlihat mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.

Dimensi Fisik
            Dimensi Fisik, merupakan aspek terpenting untuk melihat kondisi sesorang sehat atau tidak, disini dilihat dari kebugaran fisik, apakah ia menjaga kesehatan nya atau tidak, dengan ia berpola makan sehat, menjaga dari makanan yang buruk, serta dimensi ini menekankan pada keadaan jasmani seseorang.

Dimensi Spriritual
            Dimensi spriritual ini juga menjadi bagian terpenting dari kesehatan mental pribadi seseorang, karena mensucikan sesuatu merupakan bagian dari naluri manusia seperti hal menyembah Allah, tekun beribadah dan lainnya, dilihat dari bagaimana ia mengatur kedekatan diri nya dengan sang Pencipta, mampu mengelola jiwa berlandaskan aturan Agama agar terjadi ketenangan batin, hal ini lah yang menjadikan kondisi seseorang sehat secara Ruhiyah atau sehat secara spiritual.

Teori Perkembangan Kepribadian
Teori Aliran Psikoanalisis (Sigmund Freud)
            Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori kepribadian sehat menurut Aliran Psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Ia disebut sebagai Bapak Psikoanalisis, dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian yaitu : Menurutnya, kepribadian terdiri dari tiga sistem atau aspek, yaitu :

a. Das Es (the Id), yaitu aspek biologi dan merupakan sistem orginal di dalam kepribadian; dan aspek inilah      kedua aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (The True Psychic Reality), oleh karena Id itu merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink

b. Das Ich (the Ego), yaitu aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya; ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan.

c. Das Ueber Ich (the Superego), yaitu aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang di masukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Superego lebih menekankan pada kesempurnaan daripada kesenangan; karena itu dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Teori Kepribadian Allport
            Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Orangtuanya menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentuknya dengan suasana aman dan kasih sayang. Semangat perikemanusiaan ditanamkan dalam keluarga mereka dan Allport yang muda itu didorong untuk mencari jawaban-jawaban keagamaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah kehidupan. Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian.

            Seperti dikemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia  yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.

            Kepribadian menurut Allport adalah individu yang dewasa yang berkepribadian sehat, ia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol oleh kekuatan ketidaksadaran, sesuatu kekuatan yang tidak dapat terlihat. Allport menekankan kepribadian pada individu yang memiliki “Intensional”. Intensional terdiri dari visi & misi, tujuan jangka panjang, sensasi/tantangan dan tegangan-tegangan yang semakin lama ditambah. Namun bukan kebahagiaan maksud daripada intensional ini, karena kebahagiaan dapat merupakan hasil dari integrasi kepribadian dalam mencari intensional

            Allport mengungkapkan “Princple of organizing the energy level” yang berarti prinsip pengaturan tingkat energy. Orang yang matang/sehat secara terus menerus membutuhkan motif kekuatan dan daya hidup yang cukup (Penambahan tegangan, dan sensasi). Kemudian ia juga menyatakan “Principle of mastery and competence” disini ia mengindikasikan orang-orang yang matang tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkatan-tingkatan yang sedang atau yang hanya memadai. Individu didorong untuk terampil melakukan sedapat mungkin mencapai/memenuhi tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha pemenuhan motif-motif (Visi&misi, tujuan jangka panjang, tegangan yang semakin ditambah). Individu yang sehat tidak pernah berhenti mengejar point dalam tujuan mereka, setiap point yang jatuh dalam tujuan mereka selalu diganti oleh point dengan tujuan yang lain.

Tingkatan proprium/self :
1. Kesadaran akan “saya secara jasmaniah”.
2. Identitas diri.
3. Harga diri. Kebutuhan anak akan otonomi. Disini individu masih dalam tahap perkembangan anak Yang mengalami konflik autonomy vs shame & doubt.
4. Perluasan diri.
5. Gambaran diri. Terbentuk/berkembang dari interaksi orangtua dan anak. Dalam mempelejari interakso ini anak melakukan suatu perumusan tentang intensi.
6. Rational thinking. Individu menyadari bahwa ia dapat memecahkan suatu msalah dengan menggunakan proses yang logis dan rasional.
7.  Propriate Striving. Terjadi pada saat individu memasuki masa adolescence. Karena telah memiliki pemahaman akan arti hidup sepenuhnya.

Teori Kepribadian Erikson
            Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merupakan murid dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik. Erikson mengambil psikoanalitik sebagai dasar teorinya namun ia mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial individu dalam perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang mempengaruhi kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson berpendapat bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya.

            Erik Erikson membantah ide Freud yang mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.    

            Manusia adalah makhluk yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .

            Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).

            Proses perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang berlangsung sejak masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri) tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang.

            Menurut Erikson, dalam alih bahasa Fransiska dkk. 2008, kepribadian (terutama focus Erikson pada identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling berurutan sepanjang hidup.

            Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan tahapan perkembangan psikoseksual Freud sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan pertama yang Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan psikoanalitik Freud.

            Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan Berikut tahapan nya :
a.       Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
b.      Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
c.       Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
d.      Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
e.       Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
f.       Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
g.      Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
h.      Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

Kesimpulan
            Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk menjalankan proses kehidupan dalam keranga sosial, kesehatan mental merupakan kesehatan jiwa pada seseorang, sehingga kesehatan mental memiliki pengaruh khusus terhadap pertumbuhan kejiwaan manusia. Pentingnya kesehatan mental yang melingkupi berbagai aspek dimensi seperti kesehatan secara emosi, kesehatan intelektual, kesehatan sosial, kesehatan fisik, juga secara spriritual akan membantu menyelaraskan manusia menjalani kehiduan keseharianya dalam bermasyarakat. Hubugan nya dengan teori kepribadian oleh para ahli dengan penjelasan yang dikemukaan merupakan suatu bentuk sarana untuk membantu menemukan identitas dirinya, agar lebih mudah dalam mempelajari kehidupan, ketika manusia memahami konsep diri nya maka ia akan lebih mudah juga untuk mengetahui eksistensinya, diharapkan dengan ada nya teori dari para ahli berdasarkan eksperimen, mampu membantu pemecahan masalah pada manusia itu sendiri.


Referensi Buku :
1. Nurcahyo, H , 2008. ILMU KESEHATAN JILID 1 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
2. Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih Bahasa : Yustinus. Yogja : Kanisius.
3. Artikel oleh : Hariyanto, S.Pd onDecember 27, 2009 : Belajar Psikologi
4.  Artikel  oleh : zainal, pada 17 October 2011: Pengertian Sehat
5. Artikel oleh : Muhammad amirullah, pada 27 februari 2012 : Teori Kepribadian Erikson

Situs Sosial :








Tidak ada komentar:

Posting Komentar