“Lihat
negara Barat, kotanya Indah, masyarakatnya disiplin, transportasi berjalan
lancar, beda dengan negara-negara muslim. Jadi mana yang lebih Islami, Barat
atau kita?”
Ucapan
diatas dikatakan salah seorang guru kepada muridnya beberapa waktu lalu.
Berdiri di depan kelas, ia secara bersemangat membandingkan pola kehidupan
masyarakat Barat dan Timur (baca: Islam) yang terlihat begitu kontras. Untuk
menguatkan apa yang dilihatnya, sang guru pun memutar slide foto pasca
pengembaraanya ke Amerika, lalu bertanya kepada para muridnya, “Bersih mana
dengan Jakarta?”
Nama
Lawrence Kohlberg mulai melambung di tengah-tengah masyarakat setelah gagasan
Pendidikan Karakter meledak di pasaran edukasi. Dalam konsep itu, Kohlberg
menekankan rasa kejujuran, tanggungjawab, dan kepercayaan diri bagi siswa untuk
mengatasi masalah.
Pendidikan
Karakter pun mengundang decak kagum kalangan guru, pendidik, dan orangtua. Mereka
melihat inilah format edukasi yang dicari-cari. Namun masalahnya Pendidikan
Karakter memang tidak mengenal Tuhan. Apa yang ada di pendidikan Karakter belum
tentu satu kata dengan agama. Meski keduanya sama-sama menekankan kebaikan.
Dalam pendidikan karakter anak berbuat jujur atas dasar humanisme, beda dengan
Islam yang memang kita tergerak karena perintah Allah. Maka itu kebaikan dalam
pendidikan Karakter tidak ada hubungannya dengan agama, seperti kebersihan yang
dicontohkan guru tadi.
Namun
sapa nyana itikad Kohlberg untuk mengajarkan moralitas kepada masyarakat,
justru dikhianati oleh dirinya sendiri. Kisahnya sebagai agen zionisme rupanya
tidak cukup untuk melihat sisi amoral dari tokoh Yahudi ini. Tidak hanya
menyetujui penjajahan Yahudi ke Tanah Palestina, namun akhir hidup Kohlberg
sangat mengenaskan. Ia mati bunuh diri karena tidak mampu mengatasi depresi
yang telah melilitnya belasan tahun. Ya orang itu, orang yang mengajarkan moral
kepada anak-anak kita dan dipuja oleh guru-guru kita.
Kisah
Kematian Kohlberg
Kenyataan
naas yang mendera Kohlberg ini berawal dari kerja akademisnya awal tahun 70-an.
Pasca pulang dari Israel, Teoritikus Tahapan Perkembangan Moral ini mengunjungi
Punta Gorda, Belize, sebuah Negara di bagian Amerika Tengah. Disana Kohlberg
menghabiskan waktu 10 hari untuk melakukan riset. Ini berlangsung pada akhir
bulan desember 1971 dan awal Januari 1972.
Selama penelitiannya itu, Kohlberg
tidak sadar telah terinfeksi sebuah parasit bernama Giardia Lamblia. Parasit
ini terkenal sebagai salah satu parasit ganas yang menyerang 200 juta penduduk
bumi di seluruh dunia. Meski kecil, Giardia Lamblia ini dapat memicu demam
tinggi pada tubuh manusia.
Menurut
Garz Detlef dalam bukunya, Lawrence Kohlberg: An Introduction, penyakit mengerikan
Kohlberg berhasil didiagnosa dokter pada Mei tahun 1973. Profesor Pendidikan di
Harvard University itu kemudian harus menerima suatu kondisi, dimana rasa
sakit, ketidakberdayaan, hingga pada tahap depresi melanda kehidupannya selama
16 tahun sebagai efek dari Virus yang ditancapkan sang parasit. Untuk meredakan
penyakitnya, Kohlberg pun kemudian dirawat pada sebuah rumah sakit di Cape Pod,
Massachusetts.
Perawatan
intensif Rumah Sakit rupanya tidak membawa Kohlberg pada kesembuhan. Kondisi
yang tak jua kunjung membaik, membuat kondisi kesehatan Kohlberg menurun, baik
secara fisik maupun mental. Inisiator pendidikan karakter ini pun diliputi rasa
putus asa. Entah, apa yang diajarkannya selama ini tidak tercermin dalam
perilakunya. Kohlberg sama sekali tidak fight dan mencoba bertahan. Sebaliknya
pikiran Kohlberg justru terbersit untuk mengakhiri hidupnya. Ya bunuh diri,
sebuah moralitas rendah yang justru selama ini ia lawan dengan semangat
pendidikan karakternya.
Pada
19 Januari 1987, ia meminta cuti satu hari dari Rumah Sakit Massachusetts
tempat ia dirawat. Tanp diketahui pihak RS, Kohlberg lalu pergi dengan mobilnya
ke pantai. Konon Kohlberg sudah resah.
Mulai
saat itu, kabar kaburnya Kohlberg mencuat di media massa. Banyak orang
mencarinya namun tidak berhasil. Namun siapa sangka, ditengah pencariannya,
Kohlberg justru mengunjungi Boston Harbor. Di samudera Atantik itu ia
mengakhiri hidupnya secara tragis: menyeburkan diri ke dalam samudera laut
hingga membuatnya tewas secara mengenaskan.
Sampai
ia meninggal, polisi pun belum jua menemukan jasad Kohlberg. Dalam laporan The
New York Times, polisi hanya menemukan mobil Kohlberg terparkir di perumahan
Jalan Winthrop pada tanggal 21 Januari.
Jasad
Kohlberg baru betul-betul ditemukan pada April 1987. Tepat pukul jam 12:30
siang, seorang polisi negara bagian patroli menemukan jenazah Kohlberg sekitar
1.000 meter di selatan di mana ia diyakini telah menyeburkan diri ke dalam air.
Hasil pemeriksa medis negara mengatakan bahwa otopsi menunjukkan tenggelam adalah
penyebab kematian Kohlberg.
Inikah
azab Allah yang diberikan kepada Kohlberg, aktivis Yahudi yang membantu
bangsanya untuk menjajah Palestina? Tokoh yang banyak berbicara moral dan
karakter versi humanisme itu, tapi malah membunuh dirinya sendiri. Lalu buat
apa kita ikuti? Allahua'lam.
repost from ust muhammad pizaro novelan tauhidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar