Senin, 17 November 2014

Syiah

Sejarah Syiah       
   
            Ada yang menganggap syiah lahir pada masa akhir kekhilafahan Utsman bin Affan, atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi thalib, pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Utsman bin Affan, yang terakhir dengan kesyahidan Utsman dan ada tuntutan ummat agar Ali bin Abi thalib dibaiat menjadi khalifah. 

Namun pendapat yang paling popular adalah bahwa syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan Ali bin Abi Thallib dengan pihak Muawiyah bin Abu Sofyan di Siffin yang lazim disebut At-Tahkim (Arbitrasi). Akibat kegagalan itu sejumlah pasukan Ali menentang kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali bin Abi thalib, mereka ini disebut golongan Khawarij, (orang-orang yang keluar dari barisan Ali) akan tetapi sebagian besar yang setia pada Khalifah disebut Syiah Ali (Pengikut Ali).

            Istilah Syiah pada era kekhalifahan Ali hanyalah bermaknan pembelaan dan dukungan politik. Syiah ali yang pertama kali muncul pada era kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bisa disebut sebagai pengikut setia khalifah yang sah pada saat itu melawan pihak muawiyahdan hanya bersifat kultural, bukan bercorak Aqidah seperti yang dikenal pada masa sesudahnya dan sampai sekarang ini. Sebab kelompok setia syiah Ali yang terdiri dari sebagian sahabat Rasulullah dan sebagian besar Thabi’in pada saat itu tak ada satupun yang berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama dan lebih berhak atas kekhalifahan setelah Rasulullah daripada Abu Bakar dan Ummar bin Khatab, bahkan Ali sendiri ketika menjadi Khalifah menegaskan dari atas mimbar masjid Kuffah ketika berkhutbah bahwa “sebaik-baik umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW, adalah Abu Bakar dan Ummar bin Khattab” demikian pula jawaban beliau ketika ditanyaoleh putranya yaitu Muhammad ibn Al Hanafiyah seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (Hadist no 3671) (1)

Tentang Syiah

            Keberadaan syiah di indonesia, sudah dalam taraf mengganggu, sudah menyebar kemana-mana, misal secara terang-terangan menghina Istri Nabi, menjelekan para Sahabat, mengkafirkan bahkan lebih parah dari itu. Sebenarnya ada isu yang dibelokan mengenai syiah, dari kalangan syiah menuduh kaum sunni, memiliki sifat takfiri, mengingkari ukhuwah, tidak mau bersahabat dengan syiah, sehingga dibuatlah, buku bukti syiah tidak ada perbedaan antara sunny dan syiah, padahal sebenarnya, fakta sebenarnya ada perbedaan mendasar yang tidak diekspos dalam masyarakat, sehingga seperti tidak ada perbedaan antara sunni dan syiah. Sebagai contoh sayidinna ummar masuk didalam khamar fathimah, yang pada saat itu sedang hamil, pintu didobrak dan kandungan fathimah digugurkan. Mungkinkah itu? Sedangkan mereka bersahabat antara ali dan ummar. Drama yang seperti ini diciptakan dan benar-benar sebuah pembohongan besar.

Apa beda sunni dan syiah?

            Perbedaan dalam islam ada tiga, yang pertama furu seperti qunnut dan ada yang tidak, kedua nya benar karena keduanya dalam ranah ijtihadiyah furu’iyah, “pendapat saya benar tetapi ada salah nya, pendapat saya salah tapi ada benarnya”. Masalah ijtihadiyah yang masih dibolehkan, yang tidak boleh dibesar-besarkan.

            Tingkat kedua, masuk dalam ranah haq dan bathil. Ini sudah masuk perkara ushul. Orang yang melakukan kebatilan dalam islam, maka ia sesat, meski ia seoarang muslim. Kalau masalah ushul ini sudah pada masalah mengingkari keimanan, maka sudah jelas perbedaan Kuffur, Kaffir, dan Mukmin. Saat ini sunni dan syiah sudah pada taraf perbedaan tentang masalah Ushul ini. Seperti imamah, dalam syiah imamah masuk dalam ranah rukun iman.

            Yang ketiga masalah sahabat nabi, sahabat inilah yang meriwayatkan al-qur’an jika syiah tidak percaya pada sahabat nabi, maka batal juga kepercayaannya pada Al-qur;an. Dan terakhir adalah ahlul bait, hanya anak husain yang menjadi ahlul bait, sedangkan dari anak dan cucu Rasulullah yang lain tidak menjadi ahlul bait.

            “Barang siapa yang tidak mengakui keimanan Ali dan anak2 (anak2 husain dan imamah syiah) nya maka ia adalah kuffur dan musyrik di neraka” (Biharul anwar).
            Pada saat ini pun, istilah Syiah memiliki perkembangan terminologi, yang pertama dari segi pengertian bahasa, Syiah berarti pendukung atau pengikut bisa disebut juga sebagai pembela, atau berpihak. Hal itu menjadikan pada masa diawal masa fitnah para sahabat, kata syiah digunakan dalam pengertian bahasa ini, sehingga ketika itu dikenalah istilah syiah Ali, dan Syiah Muawiyah. Namun yang terjadi pada saat ini, syaih sudah termonopoli dan menjadi ciri khas tertentu yaitu agama “Syiah”

            Jelas sekali disini terdapat perbedaan mendasar antara sunni dengan syiah, jika apa yang kita jalankan dan apa yang dijalankan oleh sahabat Nabi, adalah  sesuatu hal yang salah, maka jelas, syiah benar-benar berbeda dengan kita (Muslim) dan jika seandainya para sahabat Rasulullah, seperti ummar, abu bakar dan utsman menjadi musuh bersama ali maka, jelaslah bahwa Rasul gagal dalam membina sahabat-sahabatnya. Pada faktanya Nabi tak pernah bermasalah dengan sahabat. Dan tidak masuk akal jika para sahabat tidak masuk surga seperti yang diklaim oleh syiah itu sendiri.

            Wallahua’lam ...

Referensi :

(1)   Mengenal dan mewasadai Penyimpangan Syiah di Indonesia (buku panduan dari Majlis Ulama Indonesia, 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar