Sabtu, 18 Oktober 2014

Masyarakat "Barat" Tak Layak Dicontoh

Jika dilihat secara jeli, tak dapat dimunafikan secara material negara-negara barat adalah negara yang luar biasa. Memiliki kemajuan dalam berbagai hal seperti teknologi informasi juga dalam segi perekonomian. Namun disatu sisi tidak pula bisa dipungkiri sebagian besar mereka mengidap penyakit kronis secara psikologis, moral yang sedemikian parah rusaknya, dari mulai pergaulan bebas, seks yang begitu liar sampai pada tindak kriminalitas yang semakin tinggi menjulang. Kekerasan dalam rumah tangga, alkohol narkoba, depresi hingga strees tingkat tinggi dialami oleh mayoritas masyarakatnya. Tentu saja penyakit akut ini telah dialami sejak lama bahkan hingga saat ini semakin menggebu ...

Tidak layak negeri-negeri Muslim mengagumi apalagi meniru masyarakatnya.

            Bisa dikatakan masyarakat kapitalis barat sedang menderita sakit kronis. Kenapa? Masyarakat barat kapitalis, sekuler, juga liberal mayoritas masyarakatnya benar-benar sedang tenggelam dalam lautan masalah sosial dan moral. Hal ini bisa disebabkan oleh nilai dan sistem hukum. “Negara2 kasus eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap perempuan. Di AS satu orang wanita diperkosa setiap 2 menit, dipukuli setiap 15 detik, dan 13 wanita dibunuh oleh mitra mereka setiap harinya. Di inggris satu orang wanita diperkosa atau penghadapi upaya pemerkosaan setiap 10 menit. Diseluruh eropa satu dari empat wanita menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Negara-negara barat juga tengah menderita perilaku hilangnya rasa hormat, perilaku anti sosial dan kurang nya tanggung jawab terhadap orang lain” (Dr. Nazreen nawaz, central media perwakilan, Hizbut Tahrir).

            Mungkin Begitu frontal hal ini ketika disambungkan dengan kesalahan pada sistem, namun itulah fakta yang bisa dilhiat oleh mata yang cerdas dan jeli dalam menilai realitas. Tidak bisa dimunafikan akibat implementasi dari sistem liberal kapitalis yang diusung oleh barat. Maka benar-benar memporak-porandakan keadaan negara dari yang semestinya. Sistem ini yang jelas memihak pada kesenangan maksimum individu dari masyarakat sebagai tujuan utama. Maka wajar ketika diskriminasi menjadi sesuatu yang “biasa” terjadi.  Sistem yang diterapkan menggunakan standar baik dan buruknya disesuaikan dengan keinginan manusia itu sendiri. Didalam sistem ini kepentingan ekonomi adalah menjadi pijakan dasar sebagai pemuasan individu sebagai konsekuensinya maka terkikis nya rasa tanggung jawab terhadap orang lain, sibuk dengan diri sendiri hingga hal ini menimbulkan pola pikir yang begitu berbahaya “lakukan apapun, kepada siapapun, untuk tujuan apapun”.

Menjadi kan diri sebagai individu yang “materalistik dan konsumeristik” hingga hal ini mencapai puncak tertinggi nya yaitu kejahatan kepada masyarakat hingga akibat nya pengabaian terhadap anak2, orang tua lanjut usia sampai pada hak-hak tetangga yang merupakan bagian dari masyarakat. Disamping itu materi dan uang sebagai acuan dasar untuk menilai segala hal menjadikan para perempuan dengan mudah nya dieksploitasi dan direndahkan martabatnya. Sampai tak memiliki kemuliaan sebagai wanita. Tubuh nya menjadi ajang hiburan, tontonan dalam industri kecantikan dan seks. Hal ini lah yang menyebabkan turunnya nilai dalam masyarakat atas dasar konstribusi kekerasan terhadap perempuan.

Bagaimana barat memecahkan masalah seperti ini?

            Dalam memandang masalah ini negara-negara barat gagal dalam memahami dan mengetahui akar permasalahan yang mendasar, yang menjadi sebab dari bobroknya masyarakat yang semakin hari semakin merajalela. Selama negara-negara barat masih menggunakan sistem sekularisasi, maka begitu mustahilnya kasus-kasus diatas mampu terselesaikan hingga bersih. Jurang dalam yang menghancurkan masyarakat mereka, adalah hasil dari ideologi yang mereka besarkan sendiri, dalam penyelesainnya selalu saja pragmatis dan tambal sulam terhadap masalah. Solusi parsial yang membentuk masalah baru dalam kehidupan selanjutnya, sebagai contoh ketika aksi kejahatan merajalela maka hanya memberi kamera CCTV dijalan dan di segala sudut, agar pelakunya tertangkap, bahkan ketika dihukum, hukumannya pun tak setimpal. sama hal nya seperti mengajarkan pendidikan seks bahkan memasukan dalam kurikulum sebagai solusi maraknya pergaulan dan seks bebas yang terjadi dalam dunia remaja. Hal seperti inilah yang diberikan oleh liberal kapitalis.

Peran dan konstribusi muslim di barat dalam menanggapi masalah ini.

            Tidak sedikit masyarakat muslim dibarat yang berusaha dengan ghiroh nya untuk mampu memberikan konstribusi perubahan terhadap masyarakat yang sekuler, muslim yang terlibat dalam diskusi dengan masyarakat ditingkat grass root, dikampus, atau bahkan didalam suatu lembaga yang mengkaji secara serius dalam perubahan untuk meningkatkan kesadaran akan kegagalan dalam cara hidup yang sekuler. Para muslim disana pun sampai pada tahap memberikan argumentatif cerdas, menawarkan solusi yang akan menyeluruh tersistemik, sistem terbaik yang ada di seluruh penjuru dunia. Ketika ideologi islam menjadi model untuk mampu menyelesaikan masalah kenegaraan seperti politik, hukum, perekonomian, serta masalah sosial lainnya. Dengan menanamkan nilai-nilai keislaman dan berjuang untuk menghapus pemahaman-pemahaman yang diluar kaidah islam yang sebenarnya pun masih ada dalam kalangan muslim dibarat. Sekalipun hal tersebut mampu membatu beberapa orang namun, perlu ekstra kerja keras agar mampu  melawan arus kebangkrutan sosial yang sudah tersistem.

Bagaimana Islam menjadi solusi?

            Islam adalah sesempurna nya agama, yang memiliki segala solusi untuk permasalahan ummat. Didalam Islam tujuan hidup adalah menggapai Ridho Allah, bukan terbatas kepada kepuasan individu dalam mencapai materi. Maka dari itulah standar untuk segala perbuatan manusia bukan azaz manfaat, atau bahkan kepentingan pribadi. Melainkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat, dengan halal haram yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Dengan inilah yang nantinya akan membentuk prinsip pertanggung jawaban dihadapan Allah kelak, karena Allah lah yang memiliki otoritas tertinggi bagi hamba Nya.

            Dengan jelas Islam menolak kebebasan, karena pada hakikatnya manusia harus terikat pada aturan. Bukan pada kebebasan yang merajalela hingga pada akhirnya menghancurkan manusia itu sendiri. Islam mendorong manusia agar taat pada syariat untuk kebaikan. Dengan menghindari kebebasan seperti narkoba, seks bebas, penindasan, diskriminasi, dan lain sebagainya, sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai ukum sekuler yang penuh dengan kecacatan, pemberian solusi tambal sulam yang tak jelas, bahkan ideologi sekular pun memahami hakikat individu dengan kebebasan. Islam secara jelas memaparkan hakikat diri manusia, sehingga manusia memiliki tujuan hidup jelas dan mulia. Dengan standar yang telah ditentukan oleh syariat. Manusia mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya.

            Akhirnya dari sistem islam inilah lahir manifestasi keimanan manusia secara global. Manusia mampu menjalani hidupnya dengan damai dan tenang karena atas dasar keimanan mereka. Dari pengetahuan manusia mampu memecahkan persoalan hidup dengan cara yang lebih baik.

            Ketika islam dijadikan sebuah tatanan atau sistem dalam suatu negara maka terpenuhilah segala kebutuhan manusia, dari mulai pengaplikasian keimanan mereka secara kaffah sampai pada penjagaan aqidah, karena hal ini terbantu oleh kekuasaan sang khalifah. Islam akan semakin menjadi rahmatan lilalamin, menjadi peradaban gemilang yang memuliakan manusia, dengan aman, beradab, harmonis serta sehat.

*Tulisan tahun 2012 lalu, sewaktu masih ikut aktif mengkaji di Hizbut Tahrir dengan teman-teman, memang sii masih agak blunder dan penuh dengan judment,,, yaa namanya juga belajar hehehe ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar