Sudah tak asing lagi di
telinga kita berbagai jenis macam mahasiswa dalam kampus, julukan dan gelar
yang sering kita dengar, seperti mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang,
kuliah-pulang), kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat), kunang-kunang
(kuliah-pulang, kuliah-pulang), dan julukan indah lainnya, yang katanya
membanggakan untuk diri, tapi entahlah, kenapa saya berpandangan lain terkait
hal ini, memang tidak terlepas dari karena saya sendiri adalah seorang
mahasiswa, saya merasa beruntung bisa menikmati indah nya mencari ilmu,
bergumul dengan berbagai pemikiran dan wawasan baru, berkelana dengan banyak
pengalaman, memperbanyak relasi dalam hubungan sosial, setidaknya itu membuat
eksistensi saya meningkat dalam kerangka sosial, bukankah sudah menjadi bagian
naluri dari manusia untuk diakui?, jadi sebagai mahasiswa mengapa tak
dioptimalkan apa yang kita miliki selama di perguruan tinggi?. Aktualisasi
diri, pencerdasan diri, saya bisa lakukan disini, dengan menjelajahi dunia
keintelektualan.
Oke, berlanjut mengenai
bahasan utama, bukan bertujuan untuk merasa berkepala besar, atau merasa diri
ini layak dan jauh lebih dari baik. Hanya saja ada rasa “galau”, yang membuncah
dalam hati saya, ketika saya menilik kedalam dunia yang saya tunggangi saat
ini, kehidupan yang bebas, pemikiran yang bebas, cara pandang hidup bebas, pola
pikir bebas, ekspresikan diri secara bebas, dan semua yang bebas tapi
bertanggung jawab sesuai dengan pancasila, yah.. itulah kira-kira gambaran
kehidupan sosial yang saya berada didalam nya, entahlah saya terjebak atau
bagaimana dalam kondisi ini, yang pasti saya rasa tak nyaman, tapi saya coba
memposisikan diri dalam sikap yang tepat, sehingga saya tak terganggu dan
berusaha safety.
Menjadi hal biasa sebagai
mahasiswa untuk melakukan eksperimen, pengkajian, analisis, mengahasilkan suatu
pemikiran baru, membawa perubahan baru, menyelesaikan masalah, dan pembuat
peradaban emas memimpin dunia. Ya tepat sekali inilah yang biasanya dilakukan
oleh seorang mahasiswa, pendobrak perubahan dari kondisi yang buruk kedalam
kondisi yang baik, inilah tindakan pemuda yang seharusnya, pemuda atau
mahasiswa yaitu kita, generasi ideologis yang tercipta untuk kehidupan berjaya.
Namun sayang sekali ini tak saya rasa kan, saya lihat, apalagi untuk saya
bergabung didalam nya, pada kondisi saat ini saya berada. Mahasiswa yang saya
sebutkan diatas hanya sedemikian kecil dari banyak nya populasi yang berada
pada lingkungan yang saya tinggal didalamnya, terutama kampus, sekitar rumah,
atau pada umumnya saya hidup bermasyarakat dengan yang lain, sungguh ini ironis
dan membuat pertanyaan besar di benak saya, apa sebenarnya yang terjadi?,
baikalah apa yang sebenarnya terjadi (saya ulang biar makin terasa jelas),
ironis dengan kondisi masyarakat kita sekarang yang terasa bergemuruh masalah
dari arah timur, barat, selatan, tenggara, dan dari berbagai wilayah segala
lini kita sedang mengalami krisis identitas diri, bahkan sampai pada tahap ke
sistemik yang menimbulkan masalah kompleks, permasalahan ini begitu besar,
bagaikan gelindingan bola salju dari atas gunung yang mengahncurkan apa saja
yang dilewatinya dan meluluhlantahkannya.
Dimana persoalan nya?,
adakah solusi mendasar untuk menyelesaikan berbagai bentuk persoalan di negara
kita ini?, kemanakah pemuda yang bertanggung jawab itu? Kemanakah sekarang arah
gelombang pergerakannya? Adakah ia tertidur? Ataukan ia sedang menenangkan diri
dalam kondisi yang tak tepat, karena sebenarnya pedang siap menghunus tepat ke
jantung nya??
Mengapa mahasiswa terlalu
apatis terhadap kondisi sosial mereka?, tidak adakah kepedulian selain untuk
diri sendiri dan keluarga?, hanya itukah yang ada di benak mereka? Lantas
bagaimana bentuk tanggung jawab sebagai mahasiswa yang sebenarnya, peran
penting nya adalah agen perubahan? Inilah berbagai pertanyaan yang menggeluti
pemikiran saya selama ini, jujur terlepas dari saya seorang aktivis kampus,
saya rasa pertanyaan seperti inilah yang sering ditanyakan oleh bagian dari
masyarakat kita, orang tua yang selaku memberi harapan, sekelompok orang kecil
yang hidupnya pas-pasan, yang mempercayakan perubahan ada ditangan seorang
pemuda, dan pasti masih banyak diluar sana yang tanyakan dimana peran mahasiswa
saat ini.
Ketidakpedulian yang
sedang menggelayuti, para pemuda dan saat ini adalah masalah, kenapa menjadi
masalah? Karena bersikap apatis terhadap kondisi lingkungan sosial maka tak
ubah nya ia hanya sebuah benalu untuk masa depan bangsa, bagaimana tidak.
Seorang yang apatis adalah mereka yang sibuk dengan masalah pribadi, keluarga,
kelompok, geng mereka sendiri dan sejenisnya. Apalagi banyak sekali mahasiswa
saat ini yang disibukan dengan masalah individual, terutama masalah asmara,
galau, menangis, semoga tidak sampai pada tahap menjadi pengemis. Sebagian
besar Mahasiswa sibuk dengan urusan kuliah, sibuk pekerjaan tugas kuliah, yang
ujung nya adalah menimbulkan kurang nya kepekaan sosial terhadap diri merka
sendiri, karena hanya fokus pada ranah pribadi.
Lantas masalah ini yang
sebenarnya terjadi, inilah yang saya lihat dalam ligkungan saya. Peran
mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa, telah tereduksi menjadi perubahan
untuk diri sendiri saja. Bagaimana untuk mengatasi konflik sosial dan
permasalahan sosial, mereka akan buntu solusi. Karena mereka tanpa sadar pun
menjadi bagian dari masalah nya.
Memahami masalah yang
sebenarnya terjadi pada lingkungan sosial, sebenarnya adalah tugas dari pemuda
dan mahasiswa, seandainya setiap mahasiswa kampus memahami urgensitas perubahan
maka akan mengupayakan perubahan itu dengan peran nya dikampus, terutama dalam
ranah intelektual. Seperti mengkaji ilmu lebih dalam lagi, membongkar pemikiran
yang salah, bukan hanya disibukan dengan pendapatan IPK menjulang setinggi
langit, dan lulus dengan hasil cume laude, setelah itu mendapat pekerjaan
dengan gaji tinggi, karir sukses, berkeluarga harmonis dan seterusnya. Apakah
sebenarnya akan semudah itu? Tentu sangat tidak ketika kita berada pada dunia
yang sesungguhnya kita jalani saat ini.
Bagaimana membangun
kerangka berfikir yang cerdas untuk menjalani hidup adalah dengan melihat fakta
yang terjadi didalam masyarakat, tugas kita lah untuk menganalisis dan
menyelesaikan nya. Bukan hanya menjadi penonton atau penikmatnya, lantas
bagaimana kondisi yang bersebrangan dengan kita? Seperti yang tak
berpendidikan, berekonomi rendah, sulit untuk menghidupi kehidupannya, apakah
itu bukan masalah untuk kita? Jelas masalah juga untuk kita, karena kita hidup
satu ruangan dengan mereka. Tugas kita membuat mereka setara dan sejahtera
seperti kita.
Lantas dengan apa
caranya, tentu dengan mengambil peran sebagai agen perubahan. Kitalah generasi
yang akan menjadi pemimpin dimasa depan. Kita yang akan membuat sistem yang
mampu mensejahterakan kemajuan ummat. Untuk sampai pada tahap kesana, tentu
bukan dicapai oleh mahasiswa yang apatis bahkan sama sekali tak pernah menengok
dalam dunia sosial mereka karena hanya digalaukan masalah pribadi.
Jujur saja, saya menjadi
semakin galau ketika mahasiswa jenis apatis ini merajalela disekitar kehidupan
saya, karena akan menghambat sebuah revolusi besar yang terjadi untuk kemajuan
bangsa, untuk itu. Dari keingingan terdalam saya ingin mengajak, berbaur,
bergabung, dengan semua mahasiswa untuk satu pemikiran, satu tujuan, satu
genggaman, untuk perubahan bangsa lebih baik, bangsa yang bermartabat dengan
ilmu, bermartabat dengan dunia intelektual, membangun cakrawala dunia agar
melihat kita adalah segolongan pemuda yang telah bangkit dari rasa apatisme
yang makin hari makin menjalar ke pemuda saat ini.
Karena perubahan besar
ada ditangan kita saat ini, maka tak pantas lah kita menjadi apatis layaknya
benalu pada sebuah pohon yang sedang mengalami perkembangan pesat, banyak
harapan yang di amanahkan untuk para pemuda dan mahasiswa, semoga tak adalagi
istilah kupu-kupu, kura-kura, dan sejenisnya.
Perubahan siap dimulai
dari hari ini, pergolakan pemikiran dalam area kampus intelektual harus
digelorakan dengan semangat revolusi, bukan lagi reformasi yang sesaat akan
timbul masalah kembali. Semoga saya, anda, dan kita semua menjadi agen
perubahan itu, dengan memaksimalkan potensi diri dalam dunia keilmuan dan
intelektual.
mantaff..mbak...
BalasHapus