Psikoterapi
merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien
psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan
sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi
ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan
pengajaran, atau pun pemasaran.
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan
dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah
pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering
tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat
berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain,
kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat
menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang
dipercayainya. Bila kita amati contoh-contoh itu, akan timbul pertanyaan,
apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka sehingga dapat terjadi
perubahan tersebut? Pada hakekatnya,
yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam,
antara lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian,
melakukan otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih,
dsb. Pembujukan ini dapat efektif asal
dilakukan pada saat yang tepat,
dengan cara yang tepat, oleh orang
yang mempunyai cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak
orang.
Dalam dunia kedokteran, komunikasi
antara dokter dengan pasien merupakan hal yang penting oleh karena percakapan
atau pembicaraan merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi
berlangsung dari saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum
ditegakkan hingga saat akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan,
berhasil atau pun tidak, dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau
keluarganya; hal itu pun dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan
proses tatalaksana pasien, hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting
dan sangat menentukan, dan untuk dapat membentuk dan membina hubungan
dokter-pasien tersebut, seorang dokter
dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi.
Sejak
berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting
pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan
penting dalam hal itu (A healer is a
person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the
healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is
the best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering
disebut sebagai the talking cure.
Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai
pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik
dan metode khusus yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Mengapa psikoterapi penting
dipelajari? Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting
dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam
kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan
metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup
lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan
hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan
hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi
dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga
dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.
Secara non spesifik, psikoterapi
dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus,
sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik
yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian
tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan
perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal).
Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk
meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti
atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas
terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat
merugikan pasiennya.
APAKAH
YANG DIMAKSUD DENGAN PSIKOTERAPI ?
Banyak
definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi
adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan
oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara
profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau
menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain
yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan
teknik-teknik psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai
pengobatan, karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam
cara dan metode - yang bersifat psikologik - untuk tujuan yang telah disebutkan
di atas, sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau
pengobatan disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa
khususnya, dan ilmu kedokteran pada umumnya.
Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, talking cures telah
digunakan orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus,
seorang dokter pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau
pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari
pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi),
terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan
membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada
akhir abad ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya,
psikoterapi kian berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh
Freud dapat dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam
praktek sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang
dianut atau menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan
psikoterapi .
JENIS-JENIS
PSIKOTERAPI
a.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
1. Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
-
Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
-
Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih
baik.
-
Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara
atau pendekatan: bimbingan, reassurance,
katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi
lingkungan, terapi kelompok.
2. Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah
pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits)
tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara
atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama,
dll.
3.
Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan
:
Dicapainya
tilikan (insight) akan
konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang.
Cara
atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan,
Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau
dinamik.
Konseling:
Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar
menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu.
Fokus
pada masalah klien atau pasien.
Percakapannya
merupakan percakapan dua arah.
Bentuknya terstruktur, yaitu terdiri atas: menyambut,
membahas, membantu menetapkan pilihan, mengingatkan.
Bertujuan
membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami permasalahannya, melihat
peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya.
Memerlukan
kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling dilakukan dalam suasana
yang menjamin rasa aman dan nyaman
Tujuan:
- Membantu kemampuan klien atau pasien
untuk mengambil keputusan yang bijaksana
dan realistik.
- Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban
konsekuensinya
- Memberikan informasi dan
edukasi
Terdapat
dua tipe konseling:
a.
Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan
b.
Konseling untuk membantu seseorang dalam
suatu pilihan yang
vital
Terapi interpersonal:
Dilakukan terhadap
pasien yang mengalami
konflik saat ini dengan pihak-pihak lain yang bermakna
sehingga ia mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
dalam karier atau peran sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak dilakukan
terhadap depresi sedang dan berat.
Intervensi krisis:
Dilakukan
terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan memerlukan tindakan
segera (catatan: krisis yaitu suatu respons terhadap keadaan bahaya atau penuh
risiko dan dirasakan/dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai
kembali keadaan seimbang (emotional
equilibrium). Dalam terapi ini kita harus secepatnya membina hubungan
interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan hubungannya
terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance, sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi
psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien untuk menghindari situasi yang
berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali krisis di masa yang akan datang.
SIMPULAN
Telah diuraikan dasar-dasar
psikoterapi secara singkat dan terbatas. Psikoterapi memang merupakan ilmu dan
ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem
kesehatan pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari
namun memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis
yang juga tidak kalah pentingnya.
Untuk
dokter umum yang bertugas sebagai ujung
tombak dalam sistem pelayanan kesehatan di tanah air, psikoterapi penting untuk
dipelajari, walaupun memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk
mempelajari kembali karena terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh
karena itu, minimal konseling dan psikoterapi suportif hendaknya dapat dipahami
dengan baik. Psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; bila serang
dokter tidak memahaminya, bukan hanya tidak akan menambah efektivitas
terapinya, melainkan setidaknya diharapkan dapat menghindarkan hal-hal yang
dapat merugikan pasiennya.
Dalam melakukan wawancara dalam
praktek sehari-hari dengan pasien, beberapa hal yang perlu diingat antara lain
bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk pengambilan data dalam
upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien adalah penting.
Dalam berhadapan dengan pasien, hendaknya kita senantiasa membina hubungan
interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana
cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan
pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Hendaknya kita perlu belajar memantau
hal-hal tersebut agar ucapan-ucapan dan sikap kita terhadap pasien
sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur oleh
unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektif kita.
Ketrampilan yang
perlu dilatih terus-menerus ialah
dalam mendengarkan dengan cermat (empathic
listening). Dengan mendengar dengan teliti, disertai observasi yang cermat,
serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi
dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan
menyeluruh tentang pasien.
Setelah melakukan wawancara dengan
pasien, hendaknya kita dapat membuat konklusi tentang keadaan mental pasien
{seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus berbuat apa};
setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus kita perbuat
untuk menolongnya.
PUSTAKA
ACUAN
1. Kaplan H.I. & Sadock BJ Psychotherapies, in
Comprehensive Textbook of Psychiatry, Chapter 31, Eight Edition, Vol.2, William
& Wilkins, Baltimore, 2004, 1767-70.
2. Gabbard G.O. Individual Psychotherapy, in
Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice - The DSM - IV Edition, American
Psychiatric Press, 2000, 91-5.
3. Lubis DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara
Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai Penerbit FKUI, 2005: 10-12
4. Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai
Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9.
5. Gabbard GO. Long-Term Dynamic Psychotherapy,
American Psychiatric Press, 2004, 91-5.
6. Jackson SW. The Listening Healer in the History
of Psychological Healing. Am J of Psychiatry: Dec. 1992
7. Green B. Psychotherapy, in Problem-based
Psychiatry, Churchill Livingstone, Medical Division of Pearson Professional
Ltd., 1996, 140-3.
8. Wolberg L.R. What is Psychotherapy? in The
Technique os Psychotherapy, Part One, Grune & Stratton, New York, San
Fransisco, London,1977, 3-4, 15-6
9. Lubis D.B. Wawancara Psikiatrik, dalam Pengantar Psikiatri
Klinik, Balai Penerbit FKUI,
1989, 58-9, 97, 106, 112.
10. Janis I.L. Problems of Short-term Counseling, in
Short-term Counseling, Yale University Press, New Haven and London, 1983, 8-10.
11. Karasu T.B.
Psychotherapies: An
Overview, American J. Psychiatry, 134 :
8, 1977, 857- 8.
12. Weissman M.M. & Markowitz, J.C.,
Interpersonal Psychotherapy, Current status, Arch. Gen. Psychiatry, 51, 1994,
599 - 601.
13. Makalah Psikoterapi oleh SYLIVIA D. ELVIRA 14/04/2014
13. Makalah Psikoterapi oleh SYLIVIA D. ELVIRA 14/04/2014