Minggu, 17 Agustus 2014

Pluralisme Agama - Sebuah Dogma yang dipaksakan

Istilah “Pluralisme” yang sekarang tak asing lagi terdengar ditelinga kita, nampak amat menggiurkan bak angin segar yang berada pada gemuruhnya panas dan debu yang bertabrakan, nyatanya istilah itu amat dibanggakan dan diagungkan oleh sekelompok masyarakat kita penggiat kebebasan, dan kesalahan dalam memahami toleransi menyikapi perbedaan.

            Pengertian pluralisme begitu menohok dan ditelan mentah-mentah tanpa saring melalui ilmu oleh sebagian orang muslim yang tergiur oleh pemikiran barat, seakan-akan yang berasal dari barat adalah sebuah cermin peradaban yang amat sempurna lagi cantik. Yang menjadi hangat dalam perbincangan para kaum yang mengaku sangat toleran adalah tentang pluralisme agama. Dimana ia merupakan sebuah jalan tengah sebagai pengakuan menuju Tuhan yang satu, namun jalan yang ditempuh penuh inovasi dan berbeda.

            Mengacu pada Pluralisme Agama, yang dikemukaan oleh DR. Adian Husaini “Pluralisme Agama” (Religius pluralism) adalah sebuah istilah khusus dalam kajian agama-agama. Sebagai terminologi khusus, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan,  misalnya disamakan dengan istilah makna “toleransi”, “saling menghormati” (mutual respect), dan sebagainya. Sebagai paham (isme) yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada, istilah “pluralisme agama” telah menjadi pembahasan panjang dikalangan para ilmuan dan studi agama-agama (religius studies). Dan memang meskipun ada sejumlah definisi yang bersifat sosiologis, tetapi yang menjadi perhatian para peneliti dan tokoh agama adalah pluralisme yang meletakan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran relatif dan sebagian pemeluk pluralisme mendukung akan paham sikretisasi agama.

            Bahaya yang amat mengakar dari pemahaman ini ketika sudah menjangkiti pemikiran seorang muslim adalah mengasumsikan bahwa semua agama didunia ini sama, tidak heran jika nantinya ia akan berfikir Jalan menuju Tuhan meski berbeda-beda namun ia tetap sah dan benar, ia akan mengatakan bahwa Agama adalah persepsi manusia yang relatif terhadap Tuhan yang mutlak, artinya bagi setiap orang amat dilarang mengklaim atau menganggap Agama nya lah yang paling benar dari Agama lain. Atau menganggap Agama yang dianutnya adalah agama yang benar. Bahkan Charles Kimball mengatakan agama yang jahat (evil) adalah agama yang mengklaim kebenaran secara mutlak atas agamanya sendiri.

            Paham pluralisme agama, ternyata ia tidak hanya menyerbu pemikiran ia yang mengaku muslim saja, bahkan seorang tokoh yahudi Franz Rosenweig, menyatakan bahwa “agama yang benar adalah yahudi dan kristen, Islam hanyalah suatu tiruan dari agama kristen dan yahudi”. Amat jelas terbaca bahwa tokoh yahudi tersebut menganggap agama itu satu, hanya terpecah menjadi banyak jalan. Paham pluralisme agama juga ditolak mentah-mentah oleh gereja katolik, dalam katolik “Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantar keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus”.

            Pada era yang serba modernisasi ini, perkembangan pemikiran amat melesat jauh layaknya Plurasime agama yang begitu dahsyat nya menjurus ke sela-sela masyarakat kristen dan barat hal ini disebabkan setidaknya oleh beberapa hal seperti, bentuk traumatik sejarah oleh gereja pada masa pertengahan serta ditambah dengan adanya konflik antara khatolik dan protestan pada masa itu, selain itu nampak pula adanya problema teologis kristen dan pada teks bibel yang bermasalah. Sehingga ketika Geraja benar-benar berkuasa dimasa pertengahan para tokoh gereja telah banyak membuat kekeliruan dan kekerasan yang akhirnya semakin memicu konflik kekerasan lantas menimbulkan trauma masyarakat barat terhadap klaim atas kebenaran pada agama tertentu.
            Problema yang teramat kompleks ini, ternyata diadopsi secara mentah oleh masyarakat muslim yang taramat “silau” dan bangga atas peradaban barat yang maju, sehingga terjadi kekeliruan dalam cara pandang dan mengikuti langkah-langkah yang salah. Yang perlu kita cermati adalah paham pluralisme agama merupakan sebuah proyek sitematik dan global yang membutuhkan anggaran dana begitu amat besar. Di Indonesia sendiri pemahaman ini amat berkemabang secara pesat, karena tidak dipungkiri bahwa aliran dana dari lembaga-lembaga masyarakat barat memang menyokong dan mendukung dalam penyebaran pemahaman ini.

            Didalam Islam sendiri, amat jelas terdefiniskan makna tauhid itu, Allah berfirman dalam QS. Ali-Imran : 85 “ Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi”
            Allah swt, juga berfirman “sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (QS.Ali-Imran:19). Begitu gamblangnya Allah menjelaskan ayatnya, yang lantas disusul pula dalam sabda Rasulullah bahwa “Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah...” (HR. Muslim)

            Dalam konsep agama Islam mustahil sekali untuk menyatakan bahwa semua isme (paham) atau agama adalah benar dan merupakan jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan, sebab pada faktanya ada perbedaan mendasar antara mengakui dan menerima keberagaman beragama dengan mengakui kebenaran semua agama. Sebagai seorang muslim yang Allah karuniakan akal tentu kita harus memilah secara cerdas mana sebuah pemikiran yang batil dan layak dibuang dan mana yang benar sesuai koridor hukum syara, jangan sampai karena “bangga” nya kita kepada kemajuan barat lantas iman mudah sekali tergadai dan terjual atas nama kemaslahatan yang disebut “toleransi”.

Wallahua’lam bishowab ..



Kembali Menulis

Hal yang sering menjangkiti pikiran saat semua ide untuk menulis itu tiba-tiba menghilang, mungkin itu bukan hal aneh, bahkan dialami oleh setiap penulis, sama seperti pemilik blog ini, menulis kadang menjadi hobinya, namun kala semangat menurun alias futur kepercayaan diri tiba-tiba jari serasa kaku untuk sekedar mengetik keyboard beberapa paragraf kalimat untuk mengisi blog.

            Tetapi yang penting dari itu semua, tidak hanya sekedar kita menulis apa, melainkan apa yang kita tulis dapat memberi efek kebermanfaatan untuk orang lain dengan apa yang kita tulis, mungkin iya bagi pemula, apa saja yang ada diotak jemari tangan langsung menari di keyboard, akan lebih baik lagi ketika seseorang sudah memiliki ciri khas dirinya terutama pemahaman, pemikiran, ilmu, maka itulah yang akan mencerminkan bagaimana kualitas tulisannya. Jadi menulis tidak hanya sekedar menulis, tapi tulisan itu memiliki ruh yang mampu menghipnotis pembaca untuk membuka wawasan, menambah informasi atau maklumat yang masuk pada long term memory otak akan terpanggil saat dibutuhkan.

            Benar saja, apa yang dikatakan oleh michael cricthon sang penulis legendaris di novel “Jurasic Park” ia ungkapakan tentang motivasi menulis “sebuah karya akan memicu inspirasi, teruslah berkarya, jika kamu berhasil. Teruslah berkarya, jika kamu gagal pun, teruslah berkaya, jika engkau tertarik teruslah berkarya, dan jika engkau bosan teruslah berkarya”. Jadi dalam menulis apapun itu sebenenarnya tak memiliki kesia-siaan sedikitpun, ia justru akan menjadi pembiasaan kita menggerakan kemampuan otak untuk berfikir.

            Untuk memompa semangat yang sudah sedikit luntur memang tidak mudah, semua akan dikembalikan pada diri kita, ada kemauan untuk membuat habits atau tidak, penjadwalan yang teratur dan pemaksaan terhadap diri sendiri kadang menjadi hal yang efektif, karena untuk membentuk kebiasaan awalnya memang tak mudah, kita perlu tertatih merangkak dalam mengerjakannya. Tapi kita akan temukan hasil diakhir yang memukau. Mungkin sekedar untuk memotivasi diri sendiri tulisan ini dibuat, untuk melanjutkan estafet kesungguhan penulis untuk menyimpan ilmu dengan mengikatkannya pada lembaran-lembaran paragraf bacaan yang semoga bagi setiap yang membacanya menjadi sebuah “harta” meski itu tak amat berharga ...

            Seorang muslim yang baik ia lah yang mengerti hakikat waktu untuk apa ia hidup. Kemana ia akan melabuhkan akhir dari perjalanan nya didunia ini, tentu ia amat faham bahwa Allah swt, adalah tujuan akhir yang paling menyemangati baginya, surga firdausy adalah dambaan jiwanya, hingga ia tak akan sia-siakan waktu untuk sebuah kemungkaran dan penghianatan waktu yang diberikan oleh Rabb nya. Semoga kita sama-sama belajar bagaimana menghargai waktu, karena ia akan habis jika sudah saat yang ditentukan, mengindahkan waktu dengan menggoreskan ilmu dan segala bentuk perwujudan aktivitas ibadah yang Allah ridhai, waktu akan membunuh jasad mu, tapi ia tak akan mampu memusnahkan ilmu yang engkau wariskan dengan pena ketika ia diteruskan oleh pewaris peradaban agar mengalir lah ia pada jiwa-jiwa yang haus akan tentang Nya, hingga kita benar-benar akan bertemu didalam jannah Nya. Insya Allah..


Kembali renungkan makna surat Al-ashr...